Sunday, April 6, 2014

PENELITIAN RISET PASAR " STRATEGI INDOMIE MERAJAI PASAR MIE INSTANT "

Nama : Agusta Ogoney
NIM : 101004188
Prodi : Sosiologi
Tugas UTS : Riset Pasar


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah_Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Riset Pasar ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua para pembaca dan ingin menguraikan atau mengulas sedikit mengenai Indomie merajai pasar mie instant dan strategi pemasaran  apa yang dilakukan oleh PT. Indofood dalam memasarkan produknya . Untuk melengkapi tugas mata kuliah Riset Pasar  penulis harapkan kepada semua pihak ataupun kepada semua para pembaca agar dapat memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini berupa kritikan dan saran.
Penulis juga menyadari bahwa makalah penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah penelitian ini.
Akhir kata penulis mengharapkan agar supaya karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri dalam hal menambah wawasan penulis dalam pembahasan makalah ini.

Daftar isi

KATA PENGANTAR. i

Daftar isi ii

BAB I. 1
Pendahuluan. 1
1.1.      Latar belakang. 1
1.2.      Rumusan masalah. 1
1.3.      Tujuan Penulisan. 1
1.4.      metode penelitian. 1
1.5.      Kegunaan Penelitian. 2
1.6.      Sistematika Penulisan. 2

BAB II. 3
Pembahasan. 3
2.1.      Strategi Pemasaran PT Indofood. 3
2.1.1.       Pengaruh Biaya Promosi dan Biaya Distribusi Terhadap Penjualan. 3
2.1.2.       Saluran Distribusi 3
2.1.3.       Visi Perusahaan dan Kegiatan Pemasaran. 4
2.1.4.       Strategi Pemasaran. 4
2.2.      Strategi Indomie Merajai Pasar Mie Instant 5
2.2.1.       Product (Produk) 6
2.2.2.       Price (Harga) 7
2.2.3.       Place. 7
2.2.4.       Promotion. 8
2.3.      Pasang Surut PT. Indofood Dalam Memasarkan Produk. 9
2.4.      Strategi Pemasaran Yang Paling Efektif Digunakan Dalam Memasarkan Produk Indomie Menurut Penulis. 12
2.4.1.       Iklan. 13
2.4.2.       Event 13
2.4.3.       Pembuatan shop sign. 14

BAB III. 16
Penutup. 16
3.1.      Kesimpulan. 16
3.2.      Saran. 16

Daftar pustaka. 17


BAB I
Pendahuluan
1.1.Latar belakang
Perubahan gaya hidup  acap mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Salah satu dari perubahan itu adalah digemarinya mie instan sebagai makanan substitusi nasi. Bahkan kian hari produk ini kian menjadi makanan pilihan konsumen, karena selain praktis dan harganya terjangkau, mie instan juga cukup mengenyangkan perut.
Perkembangan produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan suatu peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami suatu penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie instant dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukkan suatu prospek yang cukup baik bagi industri mie instan ini pada masa yang akan datang. PT. Indofood Sukses Makmur menjadikan mutu dan kepuasan pelanggan sebagai basis bagi perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh karena itu keinginan dan kebutuhan konsumen harus diperhatikan oleh produsen karena kebutuhan ini akan senantiasa berubah. Perkembangan produk mie instan yang sudah dianggap sebagai makanan cepat saji dan bahkan sebagai makanan pokok, menyebabkan tingkat persaingan pada industri mie instan ini semakin tinggi.
1.2.Rumusan masalah
Dengan latar belakang yang telah ada maka penulis dapat menemukan perumusan masalah yaitu membahas tentang “Strategi Indomie Merajai Pasar Mie Insatant”

1.3.Tujuan Penulisan
Adapun  tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai  untuk mengetahui dan memahami tentang apa itu “Strategi Indomie Merajai Pasar Mie Insatant”.

1.4. metode penelitian
Dari hasil penelitian data – data di atas, penulisan makalah ini menggunakan metode:
  • Kepustakaan, mencari bahan kajian pada buku yang bersangkutan mengenai masalah yang dibahas.
  • Browse and search internet, mencari bahan kajian pada website yang bersangkutan mengenai masalah yang dibahas.
1.5.Kegunaan Penelitian
Hasil karya tulis ini diharapkan dapat berguna khususnya bagi penulis sendiri serta bagi para pembaca umumnya.
1.6.Sistematika Penulisan
Makalah  ini tersusun dalam 3 (tiga) Bab, yaitu: Bab I memuat Pendahuluan yang berisi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II memuat uraian tentang hasil penelitian. Bab III memuat kesimpulan dan saran.
BAB II
Pembahasan


2.1.Strategi Pemasaran PT Indofood

2.1.1.       Pengaruh Biaya Promosi dan Biaya Distribusi Terhadap Penjualan
Pengaruh Biaya Promosi dan Biaya Distribusi Terhadap Penjualan Pada PT. Indofood Sukses Makmur, TBK. Dalam bauran pemasaran dikenal dengan produk, harga, promosi, dan distribusi yang tujuannya untuk meningkatkan penjualan. Promosi adalah kegiatan pemasaran yang sangat penting bagi perusahaan untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen, sedangkan distribusi merupakan proses pendistribusian produk dan jasa yang sesuai dan terorganisir sehingga terjadi keefektifan penjualan.

Kegiatan promosi harus sejalan dengan rencana pemasaran yang diarahkan dan dikendalikan untuk mengembangkan laju perusahaan. Promosi yang tidak terkendali akan menurunkan tingkat penjualan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk promosi merupakan pemborosan, sedangkan saluran distribusi dipakai oleh semua perusahaan untuk memproduksi barang dengan kualitas yang baik, namun banyak pula yang gagal memenuhi target pasarnya. Keadaan ini disebabkan oleh kebijakan distribusi yang kurang tepat sehingga barang yang dihasilkan kurang laku dipasar dan menyebabkan banyak konsumen merasa kurang puas. Dengan demikian, saluran distribusi memeliki peranan penting bagi kelangsungan hidup dan tumbuh perusahaan.
2.1.2.      Saluran Distribusi
Setiap perusahaan barang dan jasa tidak akan lepas dari masalah penyaluran barang yang dihasilkan atau barang yang akan dijual ke konsumen. Para produsen berhak menentukan kebijakan distribusi yang akan dipilih dan disesuaikan dengan jenis barang serta luasnya armada penjualan yang akan digunakan. Jika perusahaan berada dalam persaingan yang semakin tajam, perusahaan harus segera mengadakan penelitian terhadap pasarnya. Penelitian tersebut untuk mengetahui kebutuhan serta selera konsumen dan jika mungkin menstimulir permintaan serta menciptakan langganan (Kotler, 2006). Ada beberapa alternatif yang mungkin dipilih           penjual dalam mendistribusikan produknya kepada konsumen, yaitu :
(1) manufaktur → konsumen,
(2) manufaktur → pedagang eceran → konsumen,
(3) manufaktur → pedagang besar → pedagang eceran → konsumen dan
(4) manufaktur → agen → pedagang besar → pedagang eceran →konsumen
2.1.3.      Visi Perusahaan dan Kegiatan Pemasaran
Visi Indofood Sukses Makmur, Tbk. Adalah menciptakan pilihan menjadi penyedia utama makanan dan consumer products bermerek terkemuka bagi jutaan consumen di Indonesia dan juga diberbagai penjuru dunia. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Mempunyai 63 perusahaan termasuk anak cabangnya dengan jaringan distribusinya meliputi lebih dari 350 depot dengan jumlah karyawan tetap sampai dengan 31 Desember 2006 sebanyak 49.367 karyawan tetap dan 1200 kendaraan operasional yang kegiatan pemasaran memegang peranan sangat penting dalam menjual produknya kepada masyarakat dengan cara :
(1)   penjualan langsung, yaitu dilakukan dengan menggunakan armada penjualan sendiri yang beroprsi di DKI Jakarta, Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,
(2)   penjualan tidak langsung, meliputi wilayah pemasaran di seluruh Indonesia. Dilakukan lewat distributor lalu pengecer dan grosir baru ke konsumen akhir, dan
(3)    lewat promosi, melalui media cetak maupun elektronik.

2.1.4.      Strategi Pemasaran
Dominasi PT Indofood Sukses Makmur Tbk begitu kuat walaupun sudah terjadi pergeseran. Tahun 2002 Indomie menguasai sekitar 90% pasar mie instan, tahun lalu menurun menjadi 75%. Sisanya yang 25% dikeroyok merk mie instan lainnya. Kemunduran itu patut diwaspadai. Apalagi baru-baru ini muncul produk-produk baru, seperti mie sedap milik PT Sayap Mas Utama yang merupakan grup dari kelompok Wings yang diluncurkan pada Mei 2003 dan baru didistribusikan di Pulau Jawa dan Bali, namun namanya sudah mulai diperbincangkan di kalangan pembeli di warung-warung, bahkan pasar swalayan.
Ketatnya persaingan produk mi instan disadari benar oleh manajemen PT Indofood. Sumber yang tidak mau disebut namanya mengakui bahwa saat ini penguasaan Indofood terhadap pasar mi instan menurun dari 90% menjadi 75%. Meski terjadi penurunan penguasaan pasar, namun divisi mie instan tetap dapat meraih kenaikan penjualan sebesar 6,6% menjadi Rp4,5 triliun dibanding Rp4,2 triliun pada periode yang sama 2002. Kenaikan itu antara lain dipengaruhi lebih tingginya harga jual rata-rata. Selain itu, hingga saat ini divisi mi instan tetap dapat mempertahankan volume penjualannya sebesar 7,3 miliar bungkus.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan produk-produk dengan higher price and higher margin.
2.2.Strategi Indomie Merajai Pasar Mie Instant

Perubahan gaya hidup  acap mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Salah satu dari perubahan itu adalah digemarinya mie instan sebagai makanan substitusi nasi. Bahkan kian hari produk ini kian menjadi makanan pilihan konsumen, karena selain praktis dan harganya terjangkau, mie instan juga cukup mengenyangkan perut. Saat ini, Indofood masih merajai pasar mie instan di Indonesia, sekaligus merupakan perusahaan mie instan terbesar di dunia dengan kapasitas produksi 13 milyar bungkus. Selain Supermi, Sarimi, dan Sakura, Indomie merupakan merek andalan Indofood. Begitu kuatnya citra Indomie di pasar sehingga sebagian masyarakat menganggap seolah mie instan itu adalah Indomie (Indomie menjadi Top of Mind mie instan). Dalam Top Brand Index (TBI) periode 2006-2008, Indomie menduduki posisi pertama dengan TBI berturut-turut 65,8% , 66,5% , dan 71,4% pada tahun 2006, 2007, dan 2008 (David, S.S., 2008,  Majalah Marketing-Edisi Khusus TOP BRAND).
Keberhasilan Indomie terus bercokol di urutan teratas Top Brand adalah berkat konsistensi Indomie dalam menjalankan strategi kunci 3A:
a).    Acceptability, yaitu rasa Indomie yang sudah bisa diterima di lidah konsumen (Product).
b).    Avalaibility, produk Indomie mudah diperoleh dimana saja (Place)
c).     Affordability, tercermin dari harga eceran Indomie yag terjangkau (Price)
Sekarang mari kita tinjau dari sisi produk, harga, distribusi, dan promosi yang dilakukan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. terhadap Indomie :
2.2.1.       Product (Produk)
Brand name yang digunakan adalah Indomie. Satu bungkus Indomie standard memiliki massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet berisi 5 bumbu-bumbuan yang disertakan, yaitu kecap manis, saus sambal, minyak palm, bubuk perasa dan bawang goreng. Indomie juga tersedia dalam versi jumbo dengan massa 120 gram (Anonim, 2008). Indomie memiliki rasa yang sesuai dengan selera orang Indonesia. Indomie pun selalu berusaha memenuhi keinginan konsumen yang semakin banyak, terbukti dengan semakin bertambahnya variasi produk Indomie, mulai dari mie goreng, mie soup, mie regional (mie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan tradisional daerah-daerah Indonesia), mie premium, serta mie jumbo.
Jenis -Jenis Produk Indomie

2.2.2.      Price (Harga)
Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket 1 kardus berisi 30 atau 40 indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan terjangkau bagi semua kalangan masyarakat, di Indonesia, perbungkus indomie dihargai hanya sekitar Rp. 900,- ( Anonim, 2008).
2.2.3.       Place
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut kepualuan. Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin (www.indofood.com). Di Yogyakarta agen-agen Indofood juga bekerjasama dalam menyediakan Indomie dengan warung-warung seperti Burjo (warung yang menyediakan bubur kacang hijau dan mie instan/mie goreng sebagai menu utama)
2.2.4.       Promotion
Promosi merupakan aktivitas pemasaran untuk mengkomunikasikan informasi tentang perusahaan dan produknya kepada konsumen sehinggga menciptakan permintaan (Burnett, 2000). Untuk dapat mengkomunikasikan produknya dengan efektif, perusahaan harus menentukan terlebih dahulu pasar sasarannya (target market) dan mengkombinasikan dengan alat promosi seperti periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung dan tenaga penjual sedemian rupa sehingga konsumen dapat mengenal produk perusahaan dan tertarik untuk membeli produk tersebut (Payne, 2000).
  • Tagline   : Indomie Seleraku
  • Iklan      : billboard, iklan TV, sponsor acara
  • Event      : Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara tersebut berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008.
  • Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di Yogyakarta)
Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada posisi mature, sudah stabil, memiliki brand equity yang sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek mie instan. Pada tahap ini Indomie tidak boleh lengah, dalam artian Indomie masih tetap harus mengadakan promosi untuk me-remind customer bahwa Indomie masih exsist, dan selalu berinovasi untuk merejuvenasi produk maupun strategi promosinya. Indomie sempat direbut pangsa pasarnya oleh Mie Sedaap (muncul tahun 2003) sehingga pangsa pasar Indomie menurun, meskipun masih tetap menguasai sebagian besar pasar. Sejak saat itu, menyadari bahwa Mie Sedaap merupakan pesaing yang cukup kuat, Indomie mulai “bangkit dari tidur panjangnya”, Indomie mulai gencar beriklan lagi. Indomie menggunakan endorser artis terkenal seperti 3 Diva, Gita Gutawa, maupun non artis seperti remaja/pelajar. Indomie semakin mengukuhkan bahwa dia masih menjadi mie instan nomor satu di Indonesia. Indomie juga mengadakan acara ”Indomie Jingle Dare” untuk para pelajar SMA yang bertujuan untuk lebih memodernisasi Jingle-nya. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan brand awareness remaja/pelajar mengenai produk Indomie. Indomie melihat remaja/pelajar sebagai customer masa depan, jadi sejak sekarang Indomie mulai memberikan semacam ”edukasi” mengenai Indomie.
Di Yogyakarta, terdapat banyak sekali warung yang menyediakan menu mie instan (disebut Burjo). Untuk membangun relationship dengan Burjo (meskipun tidak semua Burjo), agen-agen Indofood menyalurkan langsung Indomie kepada Burjo. Selain itu untuk memelihara eksistensinya, Indomie juga beriklan dengan cara membuatkan spanduk bertema Indomie yang berisikan nama Burjo (shop sign). Sehingga pada benak konsumen tertanam bahwa Burjo hanya menjual produk Indomie. Hal ini juga merupakan bagian dari marketing mix Indomie.
2.3. Pasang Surut PT. Indofood Dalam Memasarkan Produk
Enam tahun lalu, Indofood masih menjadi penguasa mutlak pasar mie instant Indonesia. Bayangkan, ketika itu Indofood menguasai sekitar 90% pangsa pasar! Sebagai dominant market leader, Indofood sempat terlena me-maintain pasarnya sehingga kesempatan ini dimanfaatkan oleh pendatang baru Mie Sedaap dari WingsFood dan Mie Kare dari Orang Tua Group.
Persaingan yang ”tiba-tiba” ketat ini menyebabkan Indofood kehilangan pangsanya. Market share yang mencapai 90% itu pelan-pelan tergerogoti sehingga sekarang tinggal 70%. Penjualan Indofood tetap naik, namun ada sebagian pasar – bisa jadi konsumen baru – yang direbut oleh merek baru. Sehingga di pasar yang sebenarnya tumbuh, pertumbuhan pasar Indofood – karena besarnya – tidak mampu mengimbangi pertumbuhan pasar secara total. Menyadari hal ini, Indofood ”bangkit” dari tidurnya. Raksasa mie instant ini mengerahkan seluruh brand-nya untuk bertahan dan mengembalikan market share yang direbut kompetitor.
Indofood sebetulnya pernah bereaksi atas serangan Mie Sedaap dengan meluncurkan Indomie Kriuk, varian baru Supermi Sedaaap, dan gimmick ”Beli 5 Gratis 1” dalam rentang waktu yang cukup panjang. Reaksi Indofood yang cenderung impulsif ini dinilai para pengamat kurang strategis, terlalu pragmatis, ”terjebak permainan challenger”–kesalahan yang sering dilakukan oleh big brands.
Tidak mau tersandung di batu yang sama untuk kedua kalinya, tahun ini Indofood meluncurkan strategi marketing yang lebih komprehensif yang lebih menunjukkan jati diri Indofood sebagai market leader. Hampir semua brand dalam portfolio-nya disegarkan kembali dengan kampanye baru maupun peluncuran produk baru. Indomie disegarkan dengan kampanye ”Selera Nusantara” yang lebih modern. Sarimi lebih difokuskan untuk membendung produk unggulan Mie Sedaap Soto Ayam—dengan meluncurkan produk Sarimi Soto Koya yang di-endorse oleh Luna Maya.
Sementara Supermi disegarkan dengan meluncurkan produk baru: mie goreng rasa soto (GoSo), rasa bawang (GoBang), dan rasa kari (GoKar). Indofood juga menggunakan Slank untuk meng-endorse Supermi—Supermi tampaknya akan dijadikan brand unggulan kedua Indofood setelah Indomie yang menyumbang hampir separuh omset divisi noodle Indofood. Akan halnya Pop Mie, meskipun saat ini bisa dibilang melenggang sendiri tanpa head on competitor, Indofood sudah mengantisipasinya dengan upaya building brand melalui kampanye dan promosi di kalangan remaja.
Direktur Indofood Taufik Wiraatmadja membantah agresivitas Indofood sebagai reaksi atau jawaban atas gencarnya program pemasaran kompetitor. ”Kami tidak melihat kompetitor sebagai musuh. Kami melihat kompetitor sebagai teman dalam usaha membesarkan pasar mi instant. Masing-masing juga punya satu kesempatan untuk berinovasi,” kata Taufik diplomatis.
Agresivitas Indofood belakangan ini juga menjadi pembicaraan seru di komunitas Mix-MarketingClub. Ada yang mengapresiasi, ada yang menilai negatif, ada pula yang membandingkannya dengan action kompetitor. Seorang marketer yang enggan mengungkapkan jati dirinya menilai brand concept Mie Sedaap lebih baik. Iklan Mie Sedaap versi Titi Kamal yang menawarkan pesan ”mie yang bergizi,” katanya, jauh lebih cerdas dan berkonsep. “Anda bisa bayangkan bagaimana kalau ternyata iklan tersebut mampu mengubah image bahwa makan mie tidak sehat menjadi positive image. Hanya dengan menambahkan kata ‘bervitamin dan bergizi’,” urai BrandMaker, demikian peserta milis itu menyamarkan jati dirinya.
Padahal, lanjutnya, Indomie juga pernah mengusung tema kampanye ”bergizi” seperti yang dilakukan Mie Sedaap saat ini. Tapi Indomie tidak me-maintain kampanye itu. BrandMaker mengkhawatirkan kemiripan target market—yang dipresentasikan oleh talent iklan Supermi, Pop Mie—akan menyebabkan terjadinya kanibalisme atau ”perang saudara” antara sesama brand Indofood.
Sementara itu, Harris Pranata Wijaya, pemasar yang turut berkomentar di milis, beranggapan bahwa langkah Indofood mengepung Mie Sedaap sangat tepat. Menurutnya, Indofood memiliki kelebihan dibanding Mie Sedaap dalam hal brand portfolio. Indofood memiliki tiga brand utama, yaitu Indomie, Supermi, dan Sarimi. Pop Mie tidak diitung karena konsepnya berbeda. Sementara WingFood, hanya memiliki satu brand, Mie Sedaap.
Harris melihat brand portfolio Indofood dibuat bukan berdasar segmentasi target market, melainkan berdasarkan segmentasi selera dan harga yang diwujudkan dalam varian rasa. ”Kanibalisasi pasti akan terjadi. Tapi hasilnya Indofood tetap akan unggul. Setidaknya, market share-nya tidak akan turun lagi, malah mungkin akan meningkat,” ujar Harris memprediksi.
Kekhawatiran Indofood terhadap para pesaingnya sangat dimaklumi. Menurut catatan MIX, pada 2002 Indofood masih menguasai pasar mie sebesar 90%. Begitu Mie Sedap masuk pada Mei 2003, dengan rasa baru, harga kompetitif, dan promo yang gebyar, pangsa pasar Indofood mulai goyah. Pada 2006 pangsa pasar Indofood turun, diperkirakan menjadi sekitar 75%–25% sisanya diperebutkan oleh pesaingnya. Kini pangsa pasar Indofood tinggal 70%.
Menurut pemantauan MIX di sebuah minimarket di kawasan Depok, Jawa Barat, Indomie merupakan produk mi instan paling laris (terjual 4-6 karton per hari), diikuti oleh Mie Sedaap (2-4 karton per hari), Supermi (1 karton), Kare (1 karton), Sarimi (½ karton), dan Pop Mie (20 pieces per hari). Sedangkan produk baru Supermi GoSo, GoBang, dan GoKar pada masa penetrasi ini terjual 2 karton sehari. ”Di antara merek-merek tersebut, hanya Mie Kare yang sampai sekarang masih melakukan promosi ”beli 10 dapat 1 mangkuk,” tutur Haidir, karyawan bagian merchandising minimarket yang dalam sehari dikunjungi sekitar 500 orang ini.
Indofood memang layak khawatir karena agresivitas pemasaran Mie Sedaap sangat gencar. Tidak hanya di above the line, di tataran trade marketing pun Mie Sedaap begitu intense. Ronald Sipahutar, moderator milis Marketing Club, mengamati Mie Sedaap agresif mengakuisisi warung-warung Indomie siap saji.
Sejatinya, Warung Indomie adalah salah satu channel Indofood yang dibangun dan dikembangkan sekian lama. Indofood mengajarkan para pengelola warung membuat Indomie, men-support warung-warung mereka dengan spanduk, sekaligus memonitor ketersediaan produk Indomie di sana. ”Saat masih tinggal di Jogja, saya masih menemukan warung-warung dengan sisa spanduk yang kumuh bertuliskan ‘Warung Indomie. Dan saat saya berbicara dengan pemilik warung, dengan bangganya mereka mengatakan betapa bagusnya support Indomie saat itu,” tutur Ronald.
Namun ketika Ronald menyambangi kembali Warung Indomie langganannya, dia melihat warung tersebut juga mulai menjual Mie Sedaap—walaupun, hanya beberapa bungkus. ”Saya juga melihat spanduk biru yang bututnya sudah diganti dengan spanduk Warung Sedaap yang bagus dan kinclong. Menurut pedagangnya, laku tidak laku Mie Sedaap-nya, dia diberikan insentif Rp 50 ribu per bulan,” ungkap Ronald mulai menangkap gejala sebuah aktivitas akuisisi sedang berlangsung. ”Semoga kali ini Indomie tidak tutup mata dan terlambat bertindak. Kecepatan beraksi dan ketepatan bertindak adalah cara jitu memukul market leader,” ucap Ronald mengingatkan.
2.4.Strategi Pemasaran Yang Paling Efektif Digunakan Dalam Memasarkan Produk Indomie Menurut Penulis.
Menurut penulis strategi pemasaran yang paling efektif dalam memasarkan produk indomie adalah dengan cara berikut, seperti : Iklan, Event, Pembuatan Shop Sign.
2.4.1.      Iklan
Iklan adalah setiap bentu komunikasi  nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis atau ide yang di bayar oleh satu ponsor yang diketahui.
Untuk iklan banyak sekali yang sudah dijalankan dan malah dengan iklan itulah yang membuat semua orang tahu ternyata ada produk baru, ternyata, muraah, ternyata indomie dan lain sebagainya.
Iklan ini biasanya di pasang di meddia cetak, media elektronik, billboard, iklan di TV, sebagai sponsor acara, dan iklan lebih terbaru sekarang yaitu gencarnya pemasangan iklan di media internet. Dengan menggunakan iklan ini semua khalayak akan tahu dan dengan cepat menyebar kemana-mana apalagi dengan televisi dan media internet yang begitu gencar saat ini. Strategi pemasaran melalui iklan ini akan selalu tetap di adopsi dan di pertahankan  oleh PT. Indofood karena merupakan satu-satunya strategi yang paling laris dan mnyeluruh.
Gambar diatas salah contoh iklan yaitu billboard
2.4.2.      Event
Event adalah kegitan yang dilakukan  dengan melakuakan roadshow atau membuat acara-acara meriah di suau wilayah ataupun tempat. Dengan melakukan kegiatan event ini kita selaku produsen dan masyarakat sebagai konsumen serasa lebih dekat dengan perusahaan ataupun produk yang ditawarkan.
Event juga bertujuan  menawarkan dan mempromosi malah menjual produk yang di tawarkan. Biasanya event ini menghadirkan orang-orang terkenal dan berpengaruh atau juga publik figur seperti artis, motivator dan lain sebagainya sebagai daya tarik dari acara tersebut.
  •  Salah satu dari kegiatan event yaitu seperti : Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara tersebut berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008.
 
Gambar diatas merupakan salah satu contoh event
2.4.3.      Pembuatan shop sign
Pembuatan shop sign ini adalah membuat pesan-pesan yang menarik tentang produk yang kita tawarkan berupa spanduk dan itu kita beri secra cuma-Cuma dan gratis kepada pihak warung dan kedai-kedai yang berada di seluruh penjuru negeri indonesia dengan juga menampilkan nama toko,kedai dan warung serta pemiliknya, namun dengan pihak warung atau kedai juga harus bekersama dengan pihak produsen dalam hal memasarkan  produk yang ingin di pasarkan.
Dalam hal ini kedua belah pihak saling mendapat keuntungan dan sampai saat ini startegi pemasaran ini masih digunakan dan berjalan lancar sampai saat ini.
  • Salah sato contuhnya pemasarannya yaitu seperti : (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di Yogyakarta)
Itulah strategi yang paling efektif yang dapat dijalankan oleh pihak PT. Indofood dan sampai saat ini strategi ini masih digunakan dan penulis juga sependapat dengan  apa yang dilakukan oleh pihak PT. Indofood.
 
Gambar diatas merupakan salah satu contoh dari pembuatan shop sign
BAB III
Penutup
3.1.Kesimpulan
Setiap tahunnya PT Indofood Sukses Makmur Tbk harus mengendalikan biaya promosi agar biaya promosi yang di keluarkan untuk promosi produk tidak mengeluarkan biaya yang terlalu banyak yang menjadi pemborosan perusahaan dan supaya tingkat penjualan tidak menurun.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk harus melakukan pendistribusian yang sesuai dengan target pasar, produk yang yang dihasilkanpun harus memenuhi dengan minat konsumen. Jika distribusi tidak sesuai dengan target pasar maka barang yang diproduksi kurang mendapat minat dari konsumen.
Melihat produk dari perusahaan yang menjadi pesaing perusahaan dengan melakukan riset terhadap pasar. Menambah unggulan-unggulan terhadap produk yang akan dipasarkan, memperhatikan kualitas produk yang ingin dipasarkan, melihat kebutuhan dari konsumen dan perusahaan melakukan gebrakan yang menjadi daya tarik konsumen terhadap produk yang dipasarkan.
Jika dari biaya promosi, biaya distribusi, serta strategi-strategi yang menjadi modal perusahaan dapat berjalan baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan, perusahaan tidak akan mengalami penurunan disetiap tahun.
3.2.Saran
PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Indomie harus meningkatkan kewaspadaan kepada produksi mie lain dengan melakukan promosi yang sangat agresif,  harus melakukan gebrakan yang sangat luar biasa, harganya di bawah dari produk lain, ditambah keunggulan-keunggulan lain, menentukan kualitas produk, memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen yang heterogen, sehingga dapat mengetahui dengan jelas kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut sesuai dengan karakteristik dari masing-masing atau tidak. Melakukan riset pemasaran yang dilakukan terhadap konsumen, sehingga dapat diketahui kebutuhan dan keinginan konsumen akan suatu produk mie.


Daftar pustaka
http://mix.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=114&Itemid=144
http://haryadhaagustian.wordpress.com/2009/05/31/strategi-indomie-merajai-pasar-mie-instant/
http://riaanggraini25akuntansi.blogspot.com/2010/10/strategi-pemasaran-pt-indofood.html

Market Research Nusantara: LAPORAN PENELITIAN RISET PEMASARAN TERHADAP NILAI...

Market Research Nusantara: LAPORAN PENELITIAN RISET PEMASARAN TERHADAP NILAI...: I.               PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial dimana individu d...

Tuesday, March 25, 2014

LAPORAN PENELITIAN RISET PEMASARAN TERHADAP NILAI JUAL PRODUK “FRESH TEA”




I.              PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial dimana
individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka
dengan saling menciptakan sebuah penawaran dan saling bertukar sesuatu
yang bernilai satu sama lain. Dalam proses ini kedua belah pihak saling
diuntungkan karena terjadi sebuah kesepakatan. Penawaran yang ditawarkan
bisa beraneka ragam diantaranya sandang, pangan, papan, ataupun kebutuhan
tambahan yang lainnya. Manajemen pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan
pelaksanaan dari perwujudan, pemberian harga, promosi, dan distribusi dari
barang-barang maupun jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran
dengan kelompok sasaran yang memenuhi kebutuhan, tujuan pelanggan dan
suatu organisasi yang dimana manajemen pemasaran mempunyai tugas yaitu
mempengaruhi tingkat, waktu dan komposisi permintaan untuk
membantuperusahaan mencapai sasarannya.
Didalam pemasaran produk tidak selamanya akan berjalan dengan lancar sesuai keinginan perusahaan. Banyak permasalahan yang timbul
dimana hal ini dalam bentuk keluhan, komentar, kritik, saran atau masukan
dari konsumen. Berbagai masukan yang membangun akan sangat membantu
perusahaan dalam mengembangkan produk dan meningkatkan pangsa
pasarnya. Permasalahan produk meliputi banyak aspek seperti kualitas
produk (bentuk, rasa, warna, tekstur, aroma, kenampakan), harga, kemasan,
ukuran produk dan ukuran kemasan, kemudahan penggunaan/mengkonsumsi
dan sebagainya, dimana berbagai permasalahan tersebut tidak akan dapat
diselesaikan secara sendiri oleh perusahaan namun perlu bantuan konsumen
terutama konsumen eksternal. Oleh karena itu untuk mengetahui kebutuhan
dan keinginan konsumen terhadap suatu produk diperlukan suatu penelitian
yang dinamakan riset pemasaran.
Perusahaan memiliki wawasan terhadap pasar, diantaranya kosep
berwawasan produksi, konsep berwawasan produk, konsep berwawasan
menjual dan konsep berwawasan pemasaran. Konsep berwawasan produksi
berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang mudah didapat dan
memiliki harga yang murah. Perusahaan berkonsentrasi pada efisiensi
produksi yang tinggi dan cangkupan yang luas. Konsep berwawasan produk
berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang menawarkan mutu,
kinerja terbaik atau hal-hal inovatif lainnya. Perusahaan berkonsentrasi
membuat produk yang baik dan terus memeperbaikinya. Konsep ini
beranggapan bahwa konsumen akan membeli barang yang baik, namun lupa
menanyakan kebutuhan konsumen sebenarnya. Konsep berwawasan menjual
berpendapat bahwa jika konsumen dibiarkan saja, konsumen tidak akan
membeli produk dalam jumlah yang cukup. Perusahaan harus melakukan
penjualan dan promosi agresi. Konsep berwawasan pemasaran berpendapat
bahwa hunci untuk mencapai tujuan perusahaan terdiri dari penentuan
kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kapuasan yang
diinginkan secara lebih efektifa dan efisien dari pada saingannya.
Ditahun-tahun ini, bisa dikatakan merupakan tahun bagi para
pengusaha minuman kemasan, karena banyakknya perusahaan yang
memproduksi berbagai macam minuman mulai dari minuman energi,
minuman isotonic, minuman bersoda, dan lain-lain, sehingga muncul
persaingan-persaingan antar perusahaan yang memproduksi minuman
tersebut demi merebut hati konsumen. Salah satu strategi pemasaran yang
dilakukan ialah dengan memberi hadiah bagi para pelanggan yang setia
mengkonsumsi produk minuman dari perusahaan tertentu dengan sistim
undian maupun hadiah langsung.
PT. Coca-cola Company merupakan salah satu diantara sekian banyak
perusahaan yang menerapkan strategi ini. Perusahaan ini memberi hadiah
kepada para pelanggan, salah satunya didalam kampus Universitas Sebelas
Maret (UNS) dengan sistim undian.

B.     Tujuan Riset Pemasaran

Tujuan dari riset pemasaran pengaruh pemberian hadian kepada
konsumen terhadap nilai jual produk “Fresh Tea” ini adalah :
1. Mengetahui sejauh mana tingkat penerimaan konsumen terhadap produk
“Fresh Tea”
2. Mengetahui sejauh mana minat konsumen terhadap pembelian produk
“Fresh Tea” setelah diadakan sistem pemberian hadiah secara undian
3. Mengetahui tingkat pangsa pasar “Fresh Tea” dengan adanya pemberian
hadiah kepada para konsumen.

II. PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang dianalisa dalam riset pemasaran ini adalah
menjawab pertanyaan “ Apakah dengan menerapkan sistim pemberian hadiah
kepada konsumen produk “Fresh Tea” mampu meningkatkan nilai jual?”.

III. METODE RISET

Metode yang digunakan dalam analisa kemasan makanan tradisional
Fresh Tea ini adalah :

A.    Sumber Data

1. Data Primer
Merupakan data yang langsung diambil dari sasaran penelitian
(didapat dari sumber pertama) baik individu maupun perseorangan yaitu
hasil kuesioner atau wawancara responden yang ada dikampus Fakultas
Pertanian UNS meliputi mahasiswa, dosen dan karyawan.
2. Data Sekunder
Merupakan data primer yang telah diolah dan disajikan dalam
bentuk table/diagram dan digunakan peneliti untuk diproses lebih lanjut
dan data yang berasal dari literatur/media baik cetak maupun elektronik
seperti buku dan internet, dapat berupa dasar teori atau data-data lain
yang mendukung.

C.     Pengambilan Sampel

1. Unit Pengambilan Sampel
Sample dari penelitian ini adalah responden (konsumen) dikampus
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ukuran Sampel
Banyaknya sampel yang dijadikan responden adalah 20-30 orang.
3. Prosedur Pengambilan Sampel
Sampel/responden diambil secara acak, siapapun konsumen yang ada
dipasar terutama mahasiswa, mempunyai peluang besar untuk dijadikan
responden.

D.    Pendekatan Riset

Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melakukan
survey di kampus Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Instrument Riset

Instrument yang digunakan untuk melakukan penelitian ini berupa
kuesioner/angket, yaitu cara pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan
responden akan memberikan respon terhadap pertanyaan tersebut. Daftar
pertanyaan bersifat tertutup, artinya alternatif jawaban telah disediakan
dimana setiap kuesioner/angket terdiri dari 12 pertanyaan.

E. Metode Kontak

Komunikasi yang terjadi dilakukan secara langsung kepada
responden pada saat pembagian/penyebaran angket/kuesioner.

IV. WAKTU DAN TEMPAT RISET

Penelitian ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23 Desember 2009,
pukul 09.00–14.00 WIB di kampus Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Penelitian

Tabel Hasil Analisa Data Riset Pemasaran

1. Apakah anda tahu tentang produk Fresh Tea?
                                                            JUMLAH JAWABAN
TAHU
TIDAK TAHU
ABSTAIN
29
1

PROSENTASE = 96,6%
PROSENTASE = 3,3%

2. Pernahkah anda membeli produk Fresh Tea?
JUMLAH JAWABAN
PERNAH
TIDAK PERNAH
ABSTAIN
29
1

PROSENTASE = 96,6%
PROSENTASE = 3,3%

3. Seberapa seringkah anda membeli produk Fresh Tea?
JUMLAH JAWABAN

JARANG
SERING
SERING SEKALI
ABSTAIN
22
8


PROSENTASE = 73,3%
PROSENTASE = 26,6%
PROSENTASE =









B.   Pembahasan

Pemasaran merupakan kegiatan tukar menukar atau jual beli barang
dan jasa baik dilakukan oleh individu atau kelompok dalam waktu dan di
tempat tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan. Riset pemasaran
merupakan kegiatan sistematis dalam rangka pengumpulan informasi,
pencarian dan analisa datan untuk mengidentifikasi suatu masalah yang ada
dalam perusahaan guna membantu manajemen dalam mengambil keputusan
dan langkah selanjutnya dalam rangka meningkatkan pangsa pasar melalui
perbaikan kualitas baik dari tingkat bahan baku, proses, pengendalian mutu,
manajemen sampai produk akhir.
Dalam kegiatan ini dilakukan riset pemasaran tentang pemberian
hadiah kepada konsumen produk Fresh Tea yang merupakan salah satu
produk dari PT. Coca-cola Company terhadap pangsa pasar atau nilai jual
dari produk itu sendiri, apakah mendongkrak nilai jual atau sebaliknya,
akan menjatuhkan nilai jual.
Instrument yang digunakan dalam riset pemasaran ini adalah
menggunakan kuesioner, dimana satu kuesioner berisi 12 pertanyaan yang
disebarkan kepada responden yang diambil secara acak sejumlah 30 orang
yang mewakili konsumen di kampus Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Analisa data yang digunakan adalah analisa manual.
Berdasarkan tabel, diperoleh hasil analisa data riset pemasaran
produk Fresh Tea. Dari hasil tersebut diketahui bahwa 100% responden
menyatakan tahu tentang produk PT. Coca-cola Company terutama Fresh
Tea. Dari 100% tersebut, 96,6% responden mengaku tahu tentang produk
Fresh Tea dari Coca-Cola , 3,3% Mengakui bahwa tidak tahu tentang
produk Fresh Tea. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa
Fresh Tea merupakan prouk yang sudah familiar di masyarakat, Khususnya
lingkungan perguruan tinggi.
Dari pertanyaan tentang “Pernahkah anda membeli produk Fresh
Tea?”, diperoleh sebanyak 96,6% responden menjawab Pernah ketika ingin,
haus, suasana agak panas dan lain-lain, sisanya 3,3% menjawab belum
pernah.
Dari pertanyaan tentang “Seberapa seringkah anda membeli produk
Fresh Tea?”, diperoleh sebanyak 73,3% responden menjawab jarang,
sisanya 26,6% menjawab sering dan 0% mengaku sering sekali membeli
Produk Fresh Tea.
Dari pertanyaan tentang “Disaat seperti apakah anda membeli
produk Fresh Tea?”, diperoleh sebanyak 70% responden menjawab ketika
ingin, sisanya 30% menjawab jika punya uang lebih dan 0% mengaku jika
ada penawaran hadiah dari produk Fresh Tea.
Setiap produk yang dihasilkan tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan yang kadang tidak dimiliki oleh produk lain, seperti halnya
dengan Fresh Tea juga memilki aspek yang disukai atau menjadi daya tarik
dan ada yang tidak disukai oleh konsumen. Daya tarik dapat berupa aroma,
citarasa, warna, penampilan, nilai gizi dan sebagainya. Ciatarasa merupakan
sesuatu yang menjadi daya tarik dari produk Fresh Tea, hal ini dibuktikan
dari 24 responden, 80% konsumen menyatakan bahwa yang menarik dari
produk Fresh Tea adalah rasanya yang segar dan beraroma khas teh, 6,6%
menjawab tidak ada hal yang menarik dari produk Fresh Tea , 3,3% karena
Penampilanya yang menjadi daya tarik Fresh Tea sedangkan, Harga dan
Nilai Gizi tidak memiliki konstribusi terhadap factor daya tarik terhadap
pembelian produk Fresh Tea.
Disamping daya tarik yang dimilkinya, Fresh Tea juga mempunyai
beberapa kekurangan yaitu 60% responden menyatakan harganya kurang
menarik di lihat dari segi harga yang relative mahal bagi mahasiswa, 16,6%
menilai tidak terdapat hal yang kurang menarik dari produk Fresh Tea jika
di lihat dari segi pengemas, Iklan, dll. Untuk Penampilan sebanyak 13,3%
menyatakan adanya penampilan yang kurang menarik. Kemudian nilai gizi
memiliki konstribusi sebanyak 6,6% Terhadap factor yang kurang menarik,
dan 3,3% menilai rasa sebagai salah satu factor yang kurang menarik dari
produk Fresh Tea. Dari Pertanyaan Apakah anda setuju dengan harga
Fresh Tea yang ditawarkan sekarang?”. Sebanyak 40% menjawab setuju
dan 60% menjawab tidak setuju. Dengan demikian maka untuk penentuan
harga perlu peninjauan ulang. Dari beberapa jawaban tersebut, maka
dominant menyatakan bahwa harga Fresh Tea kurang menarik. Harga Fresh
Tea sekarang umumnya tergolong mahal bagi kalangan mahasiswa yang
memiliki uang saku relative terbatas, sehingga bagi mahasiswa harga
menjadi salah satu hal yang perlu perhitungan sebelum membeli produk.
Oleh karena kelemahannya yang relatife besar terutama harganya maka di
rencanakan produk Fresh Tea perlu meninjau perubahan ulang terhadap
harga jual produk Fresh Tea.
Setiap konsumen memiliki selera yang berbeda terhadap kemasan
Fresh Tea yang akan datang. Sebanyak 10% responden menyatakan tidak
tahu kemasan apa yang sesuai, 16,6% memilih botol kaca, 73,3% tetap
memilih botol plastik. Jadi dari pertanyaan tersebut diketahui bahwa
sebagian besar konsumen setuju dengan kemasan botol plastik sebagai
Pengemas produk Fresh Tea. Botol Plastik bening (transparan/plastik kue)
dipilih karena beberapa kelebihan yaitu kemasannya yang terlihat dari luar
secara transparent dan terlihat menyegarkan.
Dari Pertanyaan “apakah anda tahu bahwa PT.Coca-cola Company
akan memberikan hadiah kepada konsumen hanya dengan membeli
produknya?”. Sebanyak 40% menjawab tahu dan 60% menjawab tidak
tahu. Dengan demikian dapat di lihat jika kebanyakan pembeli tidak begitu
memperhitungkan ada tidaknya pemberian hadiah terhadap pembelian
produk Coca-Cola. Dari Pertanyaan “Apakah anda tertarik dengan hadiah
dari PT.Coca-cola Company yang ditawarkan kepada anda hanya dengan
membeli produk Fresh Tea atau yang lainnya?”. Sebanyak 56,6%
menjawab tertarik dan 43,3% menjawab tidak tertarik. Dari Pertanyaan
“Apakah anda tertarik untuk membeli produk Fresh Tea jika PT. Coca-cola
Company memberikan hadiah kepada anda?”. Sebanyak 73,3% menjawab
tertarik dan 26,6% menjawab tidak tertarik. Dengan memperhatikan
keterkaitan antara pemberian hadiah terhadap faktor ketertarikan terhadap
pembelian produk maka pemberian hadiah di harapkan akan mampu
menaikkan angka penjualan dari produk Fresh Tea.
Dari Pertanyaan “Menurut anda, apakah sistim pemberian hadiah
akan mendongkrak nilai jual Fresh Tea?”. Sebanyak 43,3% menjawab ya
dan 3,3% menjawab tidak dan 53,3% menjawab mungkin. Dengan
demikian pemberian sistem hadiah mampu mendongkrak penjualan Fresh
Tea.

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.   Kesimpulan

Dari hasil riset pasar dan analisa data yang diperoleh, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Rata-rata konsumen mengetahui dan berminat terhadap produk Fresh
Tea, terutama karena rasanya yang menyegarkan.
2. Rata-rata konsumen akan tetap berminat membeli Fresh Tea jika harga
di rubah ulang atau di turunkan.
3. Pangsa pasar Fresh Tea akan meningkat dengan adanya Pemberian
hadiah, tidak hanya di lingkungan perguruan tinggi namun sampai ke
masyarakat umum.
B. Rekomendasi
Dengan system pemberian hadiah dan penentuan ulang harga
produk Fresh diketahui akan meningkatkan pangsa pasarnya, sehingga
disarankan :
1. Menentukan harga penjualan yang mudah dan terjangkau oleh kalangan
ekonomi kebawah.
2. Pemberian hadiah merupakan tolak awal untuk meningkatkan pangsa
pasarnya..


DAFTAR PUSTAKA
Umar, Husein. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama Kerjasama dengan Jakarta Business Research Center (JBRC).



Agustano Patricia 101004188